HEGEMONI KEKUASAAN EKONOMI TERHADAP AGAMA HINDU DAN KEBUDAYAAN DI BALI

  • Ketut Agus Nova IAHN Tampung Penyang

Abstract

Kegiatan orang Bali kini tertuju pada pemenuhan kebutuhan ekonomi, masyarakat dari hari ke hari hanya untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi perindividu, keluarga atau instansi. Rela kehujanan, kepanasan, menempuh jarak yang jauh, bergadang atau menyicil kendaraan dan sebagainya, untuk mendapatkan imbalan guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Komunikasi antara individu semakin berkurang karena masing-masing orang disibukkan oleh kegitannya masing-masing, belum lagi menjamurnya pasar modern seperti mall, super market, indomaret, dan sejenisnya tingkat komunikasi masyarakat sudah sangat sedikit karena masyarkaat tidak seperti berbelanja di pasar tradisional tingkat komunikasi setiap orang kental dengan keakraban dan saling menyapa sebab terdapat sistem tawar menawar. Pola pikir efesiensi, idelaisme, bisnisme, keuntungan, dan modernisasi banyak mengakibatkan konflik, kekerasan dan perpindahan.

 

Kekeuasaan ekonomi mencakup semua elemen kehidupan manusia, ekonomi ada dalam politik, ada dalam agama. Kekuasaan ekonomi tidak saja menguasai satu bidang melainkan semua bidang kehidupan, baik itu masyarakat perkotaan, pemerintahan, pedesaan bahkan pedalaman. Kini kebutuhan masyarakat pedesaan dan perkotaan relatif sama seperti TV, HP, motor, mobil dan yang lainnya. Watak orang Bali telah berubah secara signifikan dalam dekade terakhir ini, orang Bali tidak lagi diidentifikasi sebagai orang yang lugu, sabar, ramah, dan jujur yang pernah digambarkan oleh Baterson. Akibat globalisasi anak-anak sekarang enggan untuk belajar karya kesenian Bali, maka tiga generasi yang akan datang tidak ada penerus yang meneruskan budaya Bali, tentunya tidak ada lagi penolong orang Bali kedepan.

 

Pemerintah memberikan peluang kepada masyarakat kecil untuk membuka usaha dengan memberikan tempat berjualan khusus orang Bali dan memberikan modal tanpa bunga yang besar, memberikan pelayanan kesehatan dan penyuluhan rutin. Pemerintah bersama lembaga Hindu dan institusi pendidikan Hindu lainnya yang ada di Bali membatasi kreativitas yang kurang bernuansa budaya dan agama Hindu. Pemerintah dan desa pakraman bekerja sama membangkitkan peraturan desa Pakraman tentang tata letak pembangunan, penerimaan pendatang yang harus mengikuti peraturan di mana pendatang itu berada. Pemerintah dan perguruan tinggi Hindu yang ada di Bali bersatu untuk memberikan penyuluhan pengetahuan kepada masyarakat secara

 

 

ISSN : 2089-6662                                                                                                                 Ketut Agus Nova

 

Jurnal Widya Katambung                                                                               Volume 7, Nomor 1, 2016

 

 

berkontinu serta memberikan bantuan alat-alat yang dibutuhan dalam usaha menunjang budaya. Pemerintah dan perguruan tinggi Hindu dan desa pakraman bekerja sama membentuk kurikulum berbasis agama dan budaya yang bobotnya tidak kalah dengan bobot mata pelajaran lainnnya. Selain itu hendaknya di Bali ada pendidikan berbasis Hindu atau sekolah Hindu baik dari TK, SD, SMP dan SMA. Pemerintah lebih mengencarkan penduduk pendatang agar dibatasi disesuaikan dengan pasokan pangan dan luas daerah Bali agar tidak terjadi krisis seperti saat ini. Paling penting yang mesti dilakukan segera oleh pemerintah adalah mempersatuan aliran-aliran atau sampradaya yang juga disebut kesadaran Hindu yang berkembang di Bali untuk bersatu mengajegkan Bali, mejaga Budaya Bali, dan meninggalkan egoisme kelompok melainkan menuju persatuan yang indah.

 

References

Abdullah. 2005. ”Kata Pengantar

kesadaran Multikultural: Sebuah Gerakan Intereset Minimalization dan Kesadaran Konflik Sosial” Yogyakarta: Pilar Media.

Atmaja, Bawa Nengah, 2005. Ajeng Bali. Surabaya: Paramita.

Ardika, I Wayan, 2001. ”Komponen Budaya Bali sebagai Daya Tarik Wisata”. Penyunting

:Pariwisata Budaya



Berkelanjutan, Refleksi dan

Harapan di Tengah

Perkembangan Global,

denpasar: Program Studi

Magister (S2) Kajian

Pariwisata Universitas udayana.

Gerts, C. 1973. The Interprtion Of

Cultural. Basic Books. New

York: Inc. Publisher.

http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony http://en.wikipedia.org/wiki/Nilai-nilai kebudayaan Bali

Mulder, Niels, 1999, Agama, Hidup

Sehari-Hari dan Perubahan

Budaya, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Picards, Michel. 2006. ”Filsafat Kebudayan Indonesia”, naskah

Lengkap Materi Kuliah Anfulen. Denpasar, Universitas udayana22-23 Agustus.

Strinati, Dominic (1995), An

Introduction to Theories of

Popular Culture, Routledge,

London.

Sugiyono, Dr. 1999. Perkembangan

Masyarakat Indonesia Menuju

Masyarakat Modern Dan

Posmodren. Bandung:

Alfabeta.

Sumadi, Ketut. 2007. “Hegemoni Kekeuasan Politik Terhadap Agama dan Kebudayaan di Indonesia (Perspektif Politk Pengembangan Pariwisata). Jurnal Pangkaja IHDN Denpasar Agustus 2007.




ISSN : 2089-6662 Ketut Agus Nova

Jurnal Widya Katambung Volume 7, Nomor 1, 2016




Tilaar, H.A.R, 2003. Kekeuasaan dan

Pendidikan, Suatu Tinjauan

dari Perspektif Studi Kultural.

Magelang: Indonesiatra.

Triguna, Yudha. IB.2004. Perubahan

Sosial dan Respon Kultural

Masyarakat Hindu Bali, Widya
Published
2016-06-30