UPACARA MANYANGGAR PADA MASYARAKAT HINDU KAHARINGAN DI DESA TIMPAH KECAMATAN TIMPAH KABUPATEN KAPUAS

  • Nyoman Sarma IAHN Tampung Penyang
  • Unyi Unyi IAHN Tampung Penyang Palangka Raya
Keywords: Upacara Manyanggar, Hindu Kaharingan

Abstract

Upacara Manyanggar  merupakan upacara bhuta yadnya,  Upacara Manyanggar yang dilaksanakan oleh umat Hindu Kaharingan di Desa Timpah Kecamatan Timpah merupakan salah satu momentum untuk menjaga keharmonisan dengan alam lingkungan terutama menjalin hubungan yang harmonis dengan makhluk gaib atau roh-roh jahat yang selalu mengganggu kehidupan manusia. Dengan dilaksanakan upacara manyanggar maka kita telah manyomia dan memberikan korban sehingga roh-roh jahat tersebut tidak lagi mengganggu manusia.

Pelaksanaan upacara Manyanggar tidak terlepas dengan sarana-sarana upacara baik itu berupa bangunan (rahan), maupun dalam  sesajen. Pada pelaksanaan upacara Manyanggar terdiri dari beberapa tahapan prosesinya yaitu nyangiang, manawur, paturun sangaiang, mendirikan rahan lengkap dengan rangkaian upacaranya dan mabuli sangiang. Pali/pantangan diterapkan untuk tetap menjaga kesucian upacara ManyanggarFungsi dari upacara menyanggar yaitu fungsi religi, fungsi social, fungsi pendidikan. Sedangkan secara fisolofis makna tersebut terkandung pada sarana/upakara maupun upacaranya. Seperti beras selain sebagai sarana komunikasi terhadap roh-roh halus juga negandung makna kebijaksanaan, kemuliaan, kemakmuran serta terhindar dari malapetaka. Rahan adalah simbol keharmonisan. Dengan dilaksanakannya upacara Manyanggar maka terjalin hubungan yang harmonis baik sesama manusia maupun harmonis dengan makhluk lain yang menghuni alam sekitarnya, sehingga kedamaian dapat terwujud.

References

Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu. Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta. Surabaya: Paramita.
Kajeng, I Nyoman, DKK.1997. Sarasamuccaya. Surabaya: Paramita
Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi (Edisi Revisi), Jakarta: Rineka Cipta.
Mantik, Agus S. 2007. Bhagavad Gita. Surabaya: Paramita.
O.Dea, Thomas, 1985. Sosiologi Agama : PN. CV. Jakarta: Rajawali.
Pudja, G.1999. Teologi Hindu (Brahma Widya), Surabaya: Paramita.
Pranata, dkk, 2009. Upacara Ritual Perkawinan Agama Hindu Kaharingan. Surabaya: Paramita.
Riwut, Tjilik, 2003. Meneser Panatau Tatu Hiang Menyelami Kekayaan Leluhur (penyunting Nila Riwut). Yogyakarta: Pusakalima.
Suhardana, K.M. 2006. Pengantar Etika dan Moralitas Hindu Bahan Kajian Untuk memperbaiki Tingkah Laku. Surabaya: Paramita.
Sutrisno, Mudji & Hendar Putranto (Editor). 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Surayin, Ida Ayu Putu, 2002. Melangkah ke Arah Persiapan Upakara-Upacara Yajna, Surabaya: Paramita.
Swastika, Pandita I Ketut Pasek. Tt. Caru. Cv Kayumas Agung. Denpasar
Titib, I Made, 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan, Surabaya: Paramita
Titib, I Made, 2003. Teologi dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu, Surabaya: Paramita
Usop, K.M.A.M, dkk, 1977/1978. Adat Istiadat Daerah Kalimantan Tengah, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Kalimantan Tengah, Departemen P & K.
Wiana, I Ketut, 2002. Memelihara Tradisi Veda. Denpasar: BP
Wiana, I Ketut, 2009. Suksmaning Banten. Surabaya: Paramita.
Wijayananda, Ida Pandita Mpu Jaya, 2004. Makna Filosofi Upacara dan Upakara. Surabaya: PN Paramita.
Published
2018-06-30