Estetika Tradisi Melayangan Masyarakat Agraris di Bali

  • I Gede Sutana Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Abstract

Tradisi melayangan merupakan tradisi masyarakat agraris di Bali yang awalnya lahir hanya untuk kesenangan saja dan untuk mengisi waktu luang petani di Bali. Namun seiring perkembangannya, tradisi melayangan ini ditujukan untuk kepentingan praktis serta untuk memperoleh tenaga gaib guna keperluan masyarakat agraris di Bali. Kepercayaan masyarakat agraris di Bali terhadap Sang Hyang Rare Angon sebagai manifestasi Dewa Siwa yang bertugas membantu petani dalam mengatasi hama sehinnga menyebabkan hasil panen melimpah ruah semakin menjadikan tradisi melayangan ini dipertahankan dan dilestarikan hingga kini oleh masyarakat agraris di Bali. Dalam tradisi melayangan tidak hanya terkandung nilai kepercayaan, namun juga terkandung nilai estetika. Satyam (kebenaran), sivam (kesucian), dan sundaram (keindahan) merupakan 3 konsep yang menjadi landasan penting dalam estetika Hindu. Ketiga konsep ini tercermin dalam tradisi melayangan masyarakat agraris di Bali. Konsep satyam tercermin dari bagaimana kejujuran, ketulusan, dan kesungguhan para pelaku tradisi melayangan di Bali dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi ini. Kepercayaan masyarakat agraris di Bali terhadap Sang Hyang Rare Angon dan pelaksaan ritual pada layang-layang sakral merupakan cerminan konsep sivam dalam tradisi melayangan. Sementara sundaram (keindahan) dalam tradisi melayangan tercermin dari bentuk, warna, dan proses memainkan layang-layang dalam tradisi melayangan di Bali.

Kata Kunci: Tradisi Melayangan; Masyarakat Agraris di Bali

References

Arimbawa, I. (2010). Dampak Penerapan Elemen Estetis Pada Kriya Tradisional Bali Secara Eklektik Pada Desain Masa Kini. Denpasar: Institut Seni Indonesia.
Astika, K. (2008). Budaya Agraris dan Kearifan Petani. In Kebudayaan dan Modal Budaya Bali Dalam Teropong Lokal, Nasional, Global (pp. 39-52). Denpasar: Widya Dharma.
Astiti, N. (2017). Kerajinan Tradisional Bali Sebagai Elemen Budaya dan Daya Tarik Wisata. Jurnal Kepariwisataan Indonesia Vol.12 No.1, 1-24.
Budiadnyana, A. (2022). 5 Jenis Layangan Tradisional Bali, Bentuknya Unik. Retrieved from IDN Times Bali: https://bali.idntimes.com/science/discovery/idn-times-hyperlocal/jenis-layangan-tradisional-bali-c1c2/5
Eka. (2021). Layangan Pecukan Bali. Retrieved from Wikimedia Commons: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Layangan_Pecukan_Bali.png
Karja, I. (2021). Prosiding Bali-Dwipantara Waskita. Bali Sangga Dwipantara (pp. 110-116). Denpasar: Institut Seni Indonesia.
Kinapti, T., & Krisna, D. (2021). Layangan Janggan, Naga Sakral Dewa Layangan Bali. Retrieved from Merdeka.com: https://www.merdeka.com/sumut/layangan-janggan-naga-sakral-dewa-layangan-bali.html
Pratamayoga. (2018). Rare Angon, Sejarah Layangan Tradisional Bali. Retrieved from Pratamayoga Blog: https://blog.isi-dps.ac.id/pratamayoga/rare-angon-sejarah-layangan-tradisional-bali
Putra, K. (2016). Layangan Raksasa Nagaraja di Pelangi Bali. Retrieved from Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=BMkcAiFrfio
Rohmah, S., & Art, P. (2016). Keindahan Festival Layang-Layang Bali. Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbud RI.
Saputra, O. (2016, Januari 18). Rare Angon, Sejarah Layangan Tradisional Bali. Retrieved from Colek Pamor: http://colekpamor.blogspot.com/2016/01/rare-angon-sejarah-layangan-tradisional.html
Suryajaya, M. (2016). Sejarah Estetika Era Klasik Sampai Kontemporer. Jakarta: Gang Kabel.
Suwondo, B., Junus, A., Budhisantoso, Wibisono, S., Wijoyo, S., & Mintarsih, S. (1984). Permainan Rakyat Daerah Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Utama, I., Artadi, I., & Darmastuti, P. (2021). Desain Interior Pusat Permaianan Anak-Anak Tradisional Bali di Darmasaba. Jurnal Vastukara Vol.1 No.2, 167-180.
Utama, K. (2015). Keindahan Permainan Layangan. Retrieved from Komunita: Komunikai Pendidikan Widyatama: https://komunita.widyatama.ac.id/keindahan-permainan-layangan/
Published
2022-06-30