Etika Berbusana Adat Bali Dalam Persembahyangan Di Pura Mandira Taman Sari Kota Palopo

  • Desak Made Suartini Universitas Cokroaminoto Palopo

Abstract

Perkembangan jaman telah memberi dampak pada perkembangan penggunaan busana sembahyang adat bali. Masyarakat mulai mengikuti trend yang beberapa tidak beretika dan tidak sopan apabila digunakan pada persembahyangan bersama. Busana-busana tersebut perlu didesain atau pengguna perlu mengatur penggunaan dengan menambahkan atau melapisi dengan bahan lainya yang sesuai. Dengan demikian pelaksanaan persembahyangan kepura akan memberi kenyamanan baik bagi orang lain maupun untuk diri sendiri. Berkembangnya trend busana yang kurang pantas telah banyak digunakan, sehingga dibutuhkan pemahaman yang lebih komprehensif terkait dengan etika dalam berbusana ke pura baik pada hari raya maupun pada hari-hari tertentu.

Busana sembahyang dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu dewa angga, Manusa Angga dan bhuta angga. Dewa Angga yaitu busana untuk bagian kepala hingga leher. Manusa Angga yaitu busasana dari leher hingga pinggang dan Bhuta Angga yaitu busana dari pinggang hingga kaki. Bagian kepala pada pria ditutupi dengan sesuai dengan etikanya, mulai dari lipatan hingga ikatannya, sementara pada wanita etikanya tidak mengurai rambut, namun membuat bentuk pusungan dengan menambahkan aksessoris sewajarnya. Pada Manusa Angga pria menggunakan kemeja atau safari sementara pada wanita menggunakan kebaya yang sopan dengan warna putih. Selain penggunaan kebaya penggunaan selendang juga memiliki etika, yaitu bentuk ikatan yang berada didepan agak kesamping kiri, bukan diikatkan pada bagian belakang. Bagian Bhuta Angga pada pria menggunakan kamen dengan kancut dan dibungkus sesaput yang dibuat sejengkal dari telapak kaki, sementara untuk wanita menggunakan kamen yang setinggi mata kaki

Downloads

Download data is not yet available.

References

Agung, A. A. K. (2004). Busana Adat Bali. Pelawa Sari.
Chairisa HSB, A. S., Rachmawati, & Nurhayati, H. (2021). Mengimplemaentasikan Bentukan Ikatan Udeng Bali Sebagai Inspirasi Koleksi Busana Siap Pakai “Sacred Relation.” Practice of Fashion and Textile Education Journal, 1(1), 30–34. https://doi.org/10.21009/pftj.0101.05
Diantasari, W. N. (2017). Pengetahuan MAsyarakat Etnis Bali Tentang Arti Lambang Tata Rias Pengantin Payas Agung. In Repositori UNJ.
Kajeng, I. N., & Dkk. (2005). Sarasamuccaya. Paramita.
Mustawan, M. D. (2022). Implementasi Tri Kerangka Dasar Agama Hindu Guna Meningkatkan Sraddha Dan Bhakti Pemuda Hindu Dusun Silirsari, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi. Widya Aksara, 27(1).
Pidarta, M. (2000). Hindu Untuk Masyarakat Umum. Paramita.
Putra, D. N. T. K., Zuryan, N., & Kamajaya, G. (2018). Perubahan Gaya Berbusana Adat ke Pura Bagi Remaja Hindu Bali di SMA Negeri 5 Denpasar. In Repository UNUD.
Sari, D. A. P. L. (2018). Perkembangan Trend Kamen Wanita Di Bali. Segara Widya: Jurnal Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar, 6(2), 99–102.
Somvir. (2003). Nitisataka. Mahabhakti.
Sura, I. G. (1985). Pengendalian Diri dan Etika. Hanoman Sakti.
Swandi, I. W., Wibawa, A. P., & Sadguna, I. G. A. J. (2020). Visual Communication of Denpasar’s Art and Culture Through Cartoons (Case Study in the Travel Guide Book of Denpasar City Entitled “Surviving Denpasar” Second Edition in 2012). 4th International Conference on Arts Language and Culture (ICALC 2019) Visual. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200323.019
Wahyuni, N. W. E., Dwija, I. W., & Regeg, I. M. (2021). Dinamika Penggunaan Busana Adat Ke Pura di Desa Peladung Kelurahan Padangkerta Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Jurnal Lampuhyang, 12(1).
Published
2022-05-25
How to Cite
Suartini, D. (2022). Etika Berbusana Adat Bali Dalam Persembahyangan Di Pura Mandira Taman Sari Kota Palopo. Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan Budaya Hindu, 13(1), 82-99. https://doi.org/10.33363/ba.v13i1.819